Penderitaan disebabkan oleh adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan yang dialami. Oleh karena itu, untuk meniadakan atau mengakhiri penderitaan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu menyesuaikan kenyataan dengan harapan atau menyesuaikan harapan dengan kenyataan.
Semua orang secara alamiah menggunakan cara yang pertama, ketika berharap kita cenderung ingin mengubah keadaan agar sesuai dengan harapan kita. Jadi ketika harapan kita bertemu dengan realitas yang seusai, otomatis kita tidak merasa menderita. Tetapi bagaimana jika kenyataan tidak bisa diubah sesuai dengan yang kita harapkan, otomatis kita sulit sekali lepas dari penderitaan.
Jikalau cara pertama, berfokus pada dunia luar, cara yang kedua yaitu menyesuaikan harapan dengan kenyataan lebih fleksibel dan lebih mudah di capai. Pikiran dan hasrat kita yang tidak sesuai dengan harapan kita ubah sehingga sesuai dengan kenyataan. Hasilnya...penderitaan terlampaui.
Sebetulnya pengertian diatas adalah topik penting dalam ajaran Budha, yang sering disebut sebagai ajaran 4 kebenaran mulia. Ajaran ini termanifestasikan dalam praktik shamata dan vipassana.
Dalam vipasana, pikiran kita diarahkan untuk mengamati pikiran yang muncul, menyadari esensi dari pikiran yang tidak memiliki bentuk utuh, dengan latihan yang berkelanjutan, pikiran kita tidak akan terikat pada pikiran yang timbul, dan tidak memberi kesempatan timbul bagi hasrat apapun.
Walaupun teknik ini bagus untuk secara cepat merasa tidak menderita, tetapi teknik ini mematikan pikiran kita berespon terhadap suatu emosi. Tidak merasakan penderitaan juga sama dengan tidak merasakan kesenangan. ika anda ingin diri anda menjadi rohaniwan atau seorang biksu, maka hal itu tidak menjadi masalah, tetapi bagi orang awam tidak cocok.
Sebagai orang awam, kita membutuhkan rasa senang dan sedih untuk memotivasi kita bekerja, bersosialisasi dan mengembangkan diri, sudah barang tentu kita membutuhkan teknik lain.
Yaitu bersyukur.
Dengan bersyukur, pikiran dan hati kita diarahkan pada apa yang ada sekarang, diarahkan pada kenyataan yang ada. Dengan bersyukur kita memaafkan kejadian negatif di masa lalu. Tiada lagi hal yang mengikat di masa lalu dan masa datang. Pikiran kita seakan berhenti membandingkan. Penderitaanpun sirna dengan sendirinya.
Jadi...Bersyukurlah
0 comments:
Post a Comment