Ada penelitian yang menyatakan bahwa 90% penyakit yang diderita manusia disebabkan oleh pikirannya sendiri, sedangkan hanya 10 % saja yang disebabkan oleh keturunan, virus dan lain-lain. Fakta ini membuktikan, bahwa pikiran manusia sungguh luar biasa, dengan pikiran, manusia dapat membuat gedung-gedung bertingkat, membawa manusia ke bulan, tetapi ternyata juga menjadi pembunuh nomor 1.
Salah satu penyebab utama penyakit manusia yang disebabkan pikiran adalah kemarahan. Walaupun sebenarnya kemarahan adalah respon alamiah manusia terhadap sesuatu yang mengancam,tetapi kemarahan dapat menyebabkan tubuh manusia mengalami beragam gangguan kesehatan.
Sambil menulis tentang kemarahan dan dampaknya terhadap kesehatan, saya tiba-tiba teringat dengan sebuah kisah, yang walaupun sudah lama, tetapi saya yakin masih relevan di jaman sekarang. Kisah ini cukup sederhana, tetapi menunjukan bahwa manusia dapat mengubah hidupnya jika dia memiliki persepsi yang berbeda tetnang bagaimana dia melakakukan sesuatu. Kesembuhan dari penyakit, kesuksesan, dan kebahagiaan sebenarnya tergantung dari bagaimana cara kita memandang dunia ini.
Setelah saya adaptasi sedikit dengan situasi kini, kira-kira begini jalan ceritanya seperti berikut:
Suatu ketika ada seorang usahawan yang kaya raya, memiliki berhektar-hektar tanah, pabriknya juga tersebar di seluruh Indonesia, apa saja yang dia inginkan akan segera terkabul. Bila dia ingin ke Singapura dia tinggal sewa helikopter dan dalam 2 jam dia segera sampai disana, jika suka mobil dia tinggal tunjuk dan semua transaksi berjalan otomatis, tentu saja ada asisten pribadinya yang mengurus surat-surat dan pembayarannya. Singkat kata, tidak ada yang dia tidak mampu beli di dunia ini.
Tetapi hidup dengan banyak perusahaan dan terlibat dengan pegawai-pegawai bukanlah mudah. Setiap hari sang usahawan ini marah-marah karena tidak puas dengan kinerja karyawannya. Prinsip hidupnya adalah kesempurnaan adalah segalanya, bila mampu gratis kenapa harus bayar. Gaji pegawai sering terlambat, bukan kejadian langka di perusahaan-perusahaannya.
Suatu ketika, sehabis bangun tidur, dia merasa dadanya sesak, kepalanya pening, dan nafasnya terengah-engah. Perutnya terasa mual sekali. Untung saja, istri sang usahawan cepat tanggap menolongnya agar tidak jatuh. Setelah membaringkannya ke ranjang, sang istri segera memanggil dokter keluarga untuk memeriksa kondisi suaminya.
Sang dokter, adalah dokter langganan keluarga itu sejak bertahun-tahun lamanya, sebenarnya bukan karena dokter tersebut sangat pintar sehingga menjadi dokter keluarga tersebut, tetapi lebih karena dokter ini rela tidak dibayar dan bersedia dipanggil kapan saja. Dokter ini, juga bukan begitu saja mau diperlakukan seperti itu, tetapi karena dia menjalankan bisnis multilevel marketing yang menargetkan anak buah sang usahawan.
Berhubungan dekat dengan keluarga sang usahawan membuat dia mengenal anak buah sang usahawan satu persatu, dan ketidakpuasan mereka dengan cara bisnis sang usahawan menjadikan mereka gampang sekali di rekrut menjadi downline sang dokter.
Setelah memeriksa kondisi kesehatan sang usahawan, sang dokter berkesimpulan bahwa sebetulnya sang usahawan tidak sakit, gejala yang ada hanya disebabkan karena stress berkepanjangan. Timbulah akal licik si dokter, dia member tahu kepada sang usahawan bahwa hidupnya tidaklah lama lagi, jika sang usahawan ingin sembuh maka dia harus mengkonsumsi obat multilevelnya. Lalu agar dia tidak dipersalahkan jika tidak sembuh, dia mengatakan bahwa kesembuhan ada ditangan Tuhan, jadi mulailah banyak berdoa dan berbuat baik.
Sang usahawan ketika mendengar kata-kata sang dokter menjadi pucat pasi, dia tidak menyangka bahwa dalam upayanya untuk menumpuk kekayaan dia melupakan kesehatan, sekarang waktunya tidak lama lagi, dan dia merasa menyesal sekali tidak membuat dirinya tidak menikmati hasil kerja kerasnya selama ini. Sesak sekali rasanya.
Bertahun-tahun lalu, sang usahawan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya, dia masih ingat alasan-alasan kenapa dia menjadi usahawan dan bekerja demikian keras. Dia masih ingat, ketika istrinya sakit dan dia tidak memiliki sepeser uangpun untuk membeli obat, sehingga harus hutang tetangga. Tetapi dia tidak ingat kapan dia mulai terlibat dengan segala urusan perusahaan sehingga sering lupa tanggal ulang tahun istrinya.
Dia sangat menyesal, telah melupakan istrinya demi pekerjaan. Dalam hati dia berkata”Mulai besok aku akan membahagiakan istri dan anak-anakku”. Hari itu, walaupun di liputi kekuatiran akan kesehatannya, tetapi hatinya merasa nyaman dan tenang. Aneh.
Keesokan harinya, dia bangun pagi-pagi, membuat sarapan. Ketika sang istri bangun, dia tidak memperbolehkan sang istri untuk beranjak dari ranjang tetapi dia membawakan istrinya sarapan. Sang istri tidak habis berpikir, ada apa dengan suamiku, kenapa dia berubah romantis. Mungkin ada saraf terjepit kemarin. Walaupun merasa aneh, tetapi sang istri tetap tersanjung dan senang, sehingga merekapun tertawa-tawa dan memakan sarapan pagi sambil bercanda.
Di kantor, dia menyapa sekretarisnya, tersenyum dan menanyakan keadaanya. Hari itu segalanya terasa indah. Dia merasa tidak pernah sesegar dan senyaman ini. Lalu sang usahawan memutuskan bahwa sejak itu tidak akan ada lagi gaji terlambat atau pemotongan gaji karena urusan sepele.
Para karyawan menjadi kaget dan senang, akhirnya sang boss paham juga penderitaan mereka. Mereka pun menjadi bersemangat dan antusias dalam bekerja.
Tak terasa, 3 bulan telah berlalu sejak kejadian tersebut, sang usahawan menjadi boss teladan bagi karyawannya, dan anehnya omzet perusahaan meningkat. Banyak ide-ide bisnis muncul dari para karyawan dan membuat perusahaan makin maju.
Lalu dia teringat akan kata-kata sang dokter, dan heran kenapa dia malah merasa sehat dan tidak mati.Dipanggillah sang dokter, dan dia berkata, “Wah obat mu manjur juga ya, aku merasa sehat sekarang”. Sang dokter menjawab, “Betul sekali pak, obat saya itu obat mujarab obat dewa, bapak harus meminumnya setiap hari untuk menjaga kondisi bapak”.
Tetapi, ada satu hal yang tidak diketahui sang dokter, sang usahawan tidak meminum obat yang diberikan oleh sang dokter, karena dia merasa senang sekali meluangkan waktu bersama keluarga dan karyawannya, dia lupa akan obat tersebut. Sang usahawan akhirnya tahu bahwa sang dokter hanya memanfaatkannya saja. Tetapi dia juga sadar, bahwa jika dia tidak dimanfaatkan sang dokter, dia tidak tahu apa yang dia hampir kehilangan.
Akhir kata, dia membeli banyak obat dari sang dokter, tetapi tidak mau lagi memanfaatkan jasa dokter tersebut. Penyakitnya telah sembuh, dan aura sehat terpancar dari wajahnya.
Di cerita ini kita dapat mendapat pelajaran, bahwa hidup dapat berubah jika kita mengubah bagaimana kita bersikap. Kemarahan dapat menimbulkan penyakit, tetapi welas asih dan kemurahan hati dapat menjadi obat yang mujarab.
Bila anda sakit, mulailah bermurah hati.
0 comments:
Post a Comment