For English version

Monday, January 18, 2016

Hebatnya toleransi di kota kecil

Kota kecil dan kota besar, sangat menyolok perbedaan ekonominya, misalnya Jakarta dibandingkan TasikMalaya, atau Surabaya dibandingkan dengan Kediri. Tetapi bagi saya, kota kecil lebih menyolok dalam menyikapi perbedaan antara agama di bandingkan kota besar. Saya tidak tahu, bagaimana masyarakat di propinsi lain di Indonesia, tapi yang saya alami di kota Kediri, sungguh sangat menginspirasi.


Dibandingkan kota besar seperti Surabaya, Kediri memang jauh lebih kecil, hanya satu pabrik besar disana yaitu Gudang Garam, tapi di jaman saya kecil sekitar tahun 80 an, masyarakat Kediri yang mayoritas Jawa dan beragama Islam, sangat ramah dan toleran terhadap masyarakat dari suku dan agama lain. 

Tidak ada yang namanya, kelompok agama yang satu  bermusuhan dengan yang lain, yang ada, setiap malam yang cukup dingin di Kediri, dihabiskan dengan mengobrol dengan sesama teman dari latar belakang agama dan suku yang berbeda. Tidak jarang juga, ada teman yang non Islam, tertarik dengan ajaran Islam, akhirnya menjadi mualaf, dan teman muslim tertarik ajaran Kristiani, beralih agama menjadi Kristen. Hal tersebut biasa di Kediri, dan bukan menjadi sesuatu yang pantas untuk di ributkan dan diperdebatkan, karena pada dasarnya masyarakat Kediri paham, jika meyakini sesuatu itu adalah demi kebahagaian batin masing-masing.

Disinilah, para orang pintar yang tinggal di kota, kadang tidak menyadari, jika tujuan dasar seseorang beragama itu demi merasa bahagia, bebas stress, dan  sejahtera.

0 comments: